Pengikut

Translator:

Jumat, 03 Desember 2010


Angin duduk merupakan istilah yang salah tapi terlanjur dikenal oleh masyarakat awam. Anggapan bahwa masuk angin hebat yang disebut angin duduk bisa membuat orang meninggal itu salah besar dan harus diluruskan.

Yang terjadi sebenarnya adalah penyempitan pembuluh darah di jantung. Gejalanya memang menyerupai masuk angin. Dalam istilah medis, gejala ini disebut dengan angina pectoris. Jadi, angina pectoris bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala dari penyempitan pembuluh darah di jantung.

Mekanisme kerja angina pectoris ini bisa diibaratkan seperti sawah yang ditanami padi. Jika sistem pengairan di sawah tersebut disumbat, maka sawah akan mengering dan padi yang ditanam akan mati. Sama seperti jantung, jika pembuluh darahnya tersumbat maka jantung akan mati.

Penyebab:
Penyempitan ini disebabkan oleh banyak hal. Yang paling sering terjadi adalah penyempitan karena timbunan plak dalam pembuluh darah, terutama plak akibat kelebihan kolesterol.

Orang yang memiliki penyakit darah tinggi juga berisiko mengalami angina pectoris. Kelebihan lemak dapat juga memicu angina pectoris. Karena lemak berlebih akan memperlambat kerja jantung.

Orang yang cepat naik darah alias cepat emosi juga berpotensi terkena angina pectoris. Ketika marah, otak menjadi panas, napas memburu, jantung pun berdebar, kadang sampai tubuh bergetar, dan darah bergerak cepat. Jika dalam kondisi darah bergerak cepat, sedangkan ada penyumbatan di pembuluh darah, maka darah akan berkumpul di suatu tempat dalam pembuluh darah. Dan jika pembuluh darah yang halus itu tidak kuat menampung banyaknya darah yang datang, maka akan pecah hingga orang yang sedang emosi tadi akan kolaps atau bahkan meregang nyawa.

Situasi tersebut juga bisa terjadi jika seseorang bekerja atau berolahraga terlalu keras. Kondisi tersebut akan memicu jantung berdebar dan darah bergerak lebih cepat. Karenanya, hendaknya menyesuaikan dan sadar antara kemampuan diri sendiri dan pekerjaan yang dilakukan.

Gejala:
Gejala yang ditimbulkan oleh penyempitan pembuluh darah di jantung umumnya muncul keluhan nyeri di dada, dada seperti ditekan dan diremas, kemudian bisa menjalar ke leher dan lengan, serta ulu hati terasa nyeri. Bisa juga disertai dengan sesak nafas dan keringat dingin. Lebih spesifik, ada juga yang mengalami kembung seperti masuk angin atau maag.

Ada dua macam angina pectoris. Yang stabil dan tidak stabil. angina pectoris yang stabil, gejalanya akan muncul jika seseorang melakukan aktifitas berat seperti berolahraga. Dan ketika orang tersebut istirahat, gejalanya menghilang.

Yang bahaya adalah angina pectoris yang tidak stabil karena gejalanya muncul tiba-tiba. Ini yang sering disangka masuk angin. Dan 40 persen angina pectoris tergolong tidak stabil dan bisa merenggut nyawa korbannya.

Angina pectoris yang tidak stabil ini juga berhubungan dengan penyakit jantung koroner akut. Penyakit ini bisa merenggut nyawa hanya dalam hitungan jam, bahkan menit. Jika mengalami atau menemui orang yang memiliki gejala seperti itu, lebih baik secepatnya dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan medis. Jika dibiarkan, risiko kematian akan semakin besar.

Penanganan:
Karena itu, sebelum jantung berhenti bekerja, si penderita harus cepat mendapat pertolongan. Si penderita punya waktu 30 menit hingga 2 jam untuk diberi pertolongan sebelum otot jantungnya mulai rusak dan nyawanya sulit tertolong.

Hanya saja, harga yang harus dibayar oleh pasien tidaklah murah. Ada dua jenis terapi, dengan obat oral jenis fibrinolitik dan pembesaran kembali pembuluh darah dengan balon stent melalui kateter. Tapi keduanya butuh biaya yang besar. Untuk tindakan balon stent bisa menghabiskan puluhan juta hanya untuk memasang satu stent. Kalau dibutuhkan lebih dari satu stent biaya akan makin besar.




وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
"Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku," [QS. Asy Syu'araa' : 080]


0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Atas Komentar Anda!

bird

Arah Kiri ~ 1 Arah Kanan  ~1 Arah Home ~ 1
 

Demas Surabaya and "IKBDS" Edited by DEMAS